Tahukah
Anda bahwa Anda dilahirkan karena Anda seorang juara?. Bagaimana tidak,
sedangkan Anda adalah satu di antara 200.000.000 calon manusia yang
berlomba-lomba dalam sebuah ruangan sempit dan melawan arus serta jarak yang
jauh untuk mencapai ovum. Bagaikan 200.000.000 manusia mencebur ke muara
Bengawan Solo untuk berlomba mencapai hulu sungai. Dalam kompetisi yang dahsyat
tersebut, andalah Sang Juara, dan karena itulah Anda lahir.
Demikianlah
Allah mengajarkan bahwa prosesi pembentukan manusia sudah dimulai melalui
kompetisi. Demikian pula aksioma kehidupan memberitahu jati dirinya, bahwa ia
adalah medan
pertarungan yang penuh kompetisi dan yang layak tampil hanyalah para pemilik
mental juara. Adapun Sang Pecundang, hanya layak mengisi keranjang sampah
sejarah.
Kompetisi
adalah keniscayaan sejarah yang karenanya lahir sang juara dan sang pecundang.
Itulah pilihannya. Namun, ada pertanyaan kehidupan yang mendasar, mungkinkah
menjadi orang yang senantiasa menang dan tak pernah terkalahkan? Jika ya,
siapakah sang juara tersebut?.
Jawabannya:
sangat mungkin!, dan orangnya adalah orang yang membuat Rasulullah terpesona
dengan sabdanya: ?Fantastis sekali kehidupan seorang mukmin, semua momentum
baik baginya. Jika mendapatkan kebaikan dia bersyukur, dan itu baik baginya.
Dan jika mendapatkan musibah, dia bersabar, dan itu baik baginya?.
Ya,
Sang Juara itu bernama mukmin. Ia senantiasa juara bukan karena senantiasa
dapat mengalahkan lawannya, namun karena memahami hakikat dan filosofi
kemenangan sejati serta senantiasa berada di dalamnya. Ia memahami bahwa
kemenangan sejati adalah ketika setiap momentum memiliki makna dalam
kehidupannya. Mungkin saja dia gagal, tapi dia senantiasa mampu bangkit dari
setiap kegagalan. Itulah penyebab dia senantiasa menang melawan
tantangan-tantangan kehidupan.
Senantiasa
ada efek positif yang dirasakan oleh sang juara dalam setiap jenak-jenak
kehidupannya karena dia memiliki kebiasaan produktif: diamnya adalah pikir ( shamtuhu fikrun) ,
bicaranya adalah dzikir ( kalamuhu
dzikrun) dan pandangannya ibrah ( nadzaruhu ?ibrah ).
Senjata
pertama dan utama Sang Juara bernama sabar dan syukur. Sabar merupakan
mekanisme pertahanan jiwa yang tidak ada batasnya, hanya saja ia bisa berubah
bentuk dalam berbagai derivasinya: dari keridhaan hati, kelembutan lisan,
penghindaran konflik sampai jihad fi sabilillah, dari sikap defensif sampai
ofensif. Bukankah para petarung sejati senantiasa mengatakan, ?bertahan yang
paling tangguh adalah dengan menyerang??.
Syukur
merupakan maksimalisasi dan optimalisasi pendayagunaan nikmat untuk
menstimulasi hadirnya nikmat yang berlipat ganda. Sedangkan nikmat Allah itu
beraneka ragam: potensi, energi, waktu dan sebagainya. Sang juara mengenali
betul nikmat tersebut dan mampu memanfaatkannya secara efektif dan efisien
dalam setiap sisi kehidupannya.
Jika syukur dan sabar telah menjadi jurus andalan.
Anda telah memastikan diri untuk bersama kafilah para juara sejati. Setelah
itu, bersiaplah untuk menggetarkan dunia, menggoda kemenangan dan mempesonakan
sejarah sebagaimana para juara sejati terdahulu melakukannya. Siapkah?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar