Ketika anak laki-lakinya pergi sekolah SD, si ibu dating ke
sekolah untuk melihat-lihat anaknya. Tapia pa yang terjadi, si anak
laki-lakinya jadi malu karena diolok-olok oleh teman-teman karena dia mempunyai
ibu bermata satu. Sesampai di rumah, si ibu dimarahi oleh si anak. Sejak itu si
ibu tidak dibolehkan bertemu orang-orang lain agar si anak tidak malu. Setelah
anaknya dewasa, si anak telah bekerja dan sukses. Kemudian dia berkeluarga dan
mempunyai istri yang cantik dan anak-anak yang lucu.
Sang ibu rindu ingin bertemu dengan anak dan cucunya.
Sesampai di depan pintu rumah anak
laki-lakinya, dia diusir oleh anaknya sendiri, seraya berkata, “Untuk apa kamu dating
ke sini orang tua bermata satu, kamu telah menakutkan anak-anakku,” kata si
anak. Oleh karena itu, si ibu pulang dengan bersedih hati. Dia akhirnya hanya melihat
cucu-cucunya di depan pagar, lalu pergi.
Selang beberapa waktu, istri dari si anak laki-laki
bertanya ke suaminya, “Mengapa kamu tidak dating ke rumah ibumu ?”
Dia menjawab, “Saya sedang sibuk.” Akhirnya, dia dibujuk
oleh istrinya, agar pergi ke rumah ibunya tersebut sekali saja karena ibunya
sudah tiada. Si anak laki-laki kemudian pergi ke rumah almarhum ibunya. Dia
masuk ke rumah yang telah lama ditinggalkannya. Dia melihat secarik kertas yang
ditinggalkan oleh ibunya berisi : “Anakku, aku sangat bahagia melihatmu dari
kecil sampai dewasa dan menjadi sukses sekarang ini. Ketahuilah nak,
bahwasannya kamu kecil hanya mempunyai mata satu. Aku telah merelakan mata yang
satu lagi diberikan kepadamu, agar kamu dapat hidup bahagia nantinya”. Si anak
ahirnya menangis sejadi-jadinya, “Oh ibu…. Maafkan aku selama ini.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar